Kamis, 27 Maret 2014

Detoksifikasi #1


Beberapa waktu berselang setelah kematian Ainun, Habibie masih linglung. Suatu hari, pukul 02.30 dini hari, masih dengan pakaian tidur, Habibie berjalan kaki di sekeliling rumahnya. Ia menangis seperti anak kecil yang mencari ibunya. Orang-orang sekitarnya pun mengkhawatirkan keadaannya.
Habibie kemudian konsultasi dengan profesor dokter yang telah menjadi langganan keluarga. Hasil pemeriksaan itu menyatakan hubungan Habibie-Ainun terlalu dekat. "Psikosomatis malignant istilahnya, sehingga tenggelam dalam kesedihan," Habibie berujar.
Menurut tim dokter, cerita Habibie, jika dia tak berbuat apapun, Habibie bisa mengikuti jejak istrinya. Maka, dokter pun memberi empat saran. Pertama, Habibie dirawat di rumah sakit jiwa. Kedua, tetap di rumah tapi ada tim dokter dari Indonesia dan Jerman yang ikut merawat. Ketiga, curhat kepada orang-orang yang dekat dengan Habibie dan Ainun. Keempat, dengan menulis.
"Saya pilih menulis, saya pilih yang keempat," ujarnya.
Dan Habibie masih bertahan hingga detik ini. Sembuh. Maka saya putuskan untuk meneruskan jejaknya, hehe.

Rabu, 21 Agustus 2013

Hampir Setahun


Selama tahun 2013 ini saya pikir blog titiksenyap yang ini sudah saya tarik dari peredaran. Ternyata masih tetap aktif ya :O
*pemilik blog durjana, dasar!

Setahun berlalu. Saat saya lihat, kali terakhir saya berbicara tentang jalan-jalan santai keliling Jakarta. Saya ingat ingin bercerita tentang Kota Tua, tentang museum-museumnya yang menawan, namun sayang tersiakan. Tentang Museum Kontemporer dan Museum Wayang yang rapuh. Tentang panjangnya lorong Museum Bank Indonesia, Tentang hiruk pikuk Fatahillah, dan rasa sesal saya tak sempat mampir menengok Museum Bank Mandiri.

Mengenang titik memori itu, betapa banyak momen sibuk berlalu lalang, membawa saya kesana kemari. Semenjak titik itu, saya telah dua-tiga kali lagi berkunjung kesana. Terakhir kali, beberapa hari yang lalu. Bahagianya saya melihat museum-museum telah direnovasi. Museum Fatahillah dicat ulang, kini kulitnya mulus bersih. Putih cerah dengan jendela hijau segar. Museum Kontemporer dulu, seperti aula lengang yang bobrok..kini megah bagai galeri selayaknya, ramai dikunjungi. Sedang di Museum Wayang, kini berdiri tegak Gatotkaca dan Pergiwa. ukurannya dua kali daripada saya. Warisan sejarah dan budaya mendapatkan tahtanya kembali :)
Gatotkaca dan Pergiwa


 Ohya, akhirnya setelah menempuh perjalanan +- 30 menit berjalan kaki dari kompleks Kota Tua, akhirnya saya menemukan dimana Museum Bahari. Tak seperti kompleks museum di kawasan Kota Tua, Museum Bahari masih belum tersentuh. Berwajah lama: rapuh dan spooky. Sebelum saya meninggalkan museum itu, saya bertanya pada petugas tiketnya,
"Mbak, ngga serem kerja disini?"
Mbak cantik itu tertawa kecil. "Sudah biasa," tanggapnya pendek.
Bagian dalam Museum Bahari

Ya, saya menemukan keberadaan Museum ini dari paket yang ditawarkan penyewa sepeda. Tour sepeda bersama guide ke jembatan Kota Intan, Gedung Merah, Galangan VOC, Menara Syahbandar, Museum Bahari, dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Berhubung kemarin saya sendiri dan tak bisa naik sepeda, saya tanya saja arah museumnya :')
Agak penuh perjuangan juga ternyata jika ditempuh dengan berjalan kaki. Fyuh...Saya tidak melanjutkan ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Seems not worth it jika harus memaksakan kaki saya untuk masuk pelabuhan yang masih beribu meter itu. My legs couldn't take it anymore. Udah tua kekuatannya beda ya, hahaha.

So.... yah,
itu sekelumit pengalaman saya kemarin ini. Selama blog ini vakum, banyak momen yang ingin saya ceritakan. soon :)

.aamiin.


Selasa, 14 Agustus 2012

Kipas Angin



Kost pertama saya, Blossom namanya. Kamar paling depan, jendela cukup besar bersambungan dengan gudang—mengundang nyamuk-nyamuk ganas  jelang petang hingga subuh hari. Well, kamarnya cukup sejuk sih.
Enam bulan kemudian, saya pindah kostan atas pertimbangan jarak, waktu, dan juga harga kost lama yang di luar jangkauan saya. Kost baru ini, sebuah rumah. Tua, tapi cozy. Sayang, kamarnya puanas.
Untungnya, mbak kost yang dulunya menempati kamar saya, Mbak Vita (aka Bitong, nama sebenarnya) meninggalkan sebuah kipas angin besar di kamar. “Males bawa ke Semarang,” ujarnya.
Jadilah saya menggunakan kipas angin itu setiap hari. Hari demi hari, bulan demi bulan. Hingga hampir setengah tahun saya perhatikan, debu-debu yang menempel pada kipas itu tak dapat ditolerir lagi.
Mulanya saya hanya mengorek-ngorek gumpalan debu dengan cotton bud. Tapi saking tidak efektifnya, saya jadi gemas ingin membongkar kipas angin itu. Lagi-lagi sayang, sudah saya bolak-balik kipas angin tersebut, tetap saja have no idea untuk bisa membongkar kipas angin tersebut.
Jurus terakhir, telepon Mbak Vita.
“Mbak, aku kan mau bersihin kipas angin mbak. Ko susah banget ya?”
“Kipasku? Ih ngapain dibuka-buka? Diguyur aja beres. Aku sih tinggal bawa ke kamar mandi, guyur pake aer, beres deh..”
“...”
Akhirnya saya nurut. Kipas angin itu saya bawa ke kamar mandi, saya guyur tiga kali, lalu dikeringkan. Hasilnya?
Kipasnya bersih sih sih.  Tapi malangnya, beberapa lama kemudian dia mati total. Almarhum.
Yah, mungkin memang yang mandiin harus yang punya, atau memang engga jodoh. Akhirnya saya beli yang baru. Kipasnya mbak Vita masih bertengger manis di pojok mushala sampai sekarang.

Selasa, 12 Juni 2012

[Jalan-Jalan] Jakarta: Ragusa!


"Ragusa kok ada di Jakarta? Bukannya itu nama kota di Italia ya?"

Ehm, bukan Ragusa yang itu yang mau saya bahas disini. Tapii, sebuah toko es krim yang legend banget disini. Sedari berdirinya (ga jauh beda sama Njonja Meneer, Ragusa udah ada dari tahun 1932) sampai sekarang, Ragusa ini tetap bertahan, tidak hanya cita rasa namun juga suasana tokonya: serba tempoe doeloe. Bentuknya sederhana: sepetak kios dengan banyak pedagang asongan di depannya: tukang sate, rujak juhi, asinan, otak-otak, juga kue cubit. Letaknya ada di Jalan Veteran no.10 Jakarta Pusat, antara Monas dan Istiqlal.
Kalau lagi beruntung, kita bisa langsung dapet tempat duduk. Kalo ngga (dan emang biasanya juga ngga lucky) ya kita bakalan menemukan kondisi kursi terisi penuh, jadi kita harus ngantri dulu, nunggu yang lain selesai makan, baru kita bisa duduk manis di kursi anyaman dan menunggu pelayan yang dateng. Mungkin selain adanya pengunjung yang ingin icip-icip, yang mampir kesitu juga cucu-cicitnya pelanggan terdahulu. Makanya sampai sekarang, ini toko masih laris maniisss. 
Iseng-iseng saya amatin, suasana Ragusa ini sama persis dengan suasana toko roti jadulnya Tansen di Madre karya Dewi Lestari. Tanpa ekspansi, perabotan serba tempo dulu, dan dijalankan oleh keluarga (kaya kokoh-kokoh dan cici-cici). Selalu ada rasa nyaman waktu duduk-duduk disitu...kalau lagi lumayan sepi :). Seringkali saya ngga ngerasa pewe karena ramainya suasana toko. Apalagi kalo ada yang ngamen atau merokok, uh..bawaannya pengen cepet-cepet.

Bukan cepet-cepet keluar toko sih, tapi pengen cepet-cepet nalapung orang itu keluar toko :|. Ah eniwei, mari segera kita intip menu-menunya. Disini cuma jual es krim sama minuman. Selain itu, bisa pesen sama pedagang-pedagan di depan Ragusa. Kalo kita pesen es krim,otomatis dapet segelas air dingin. Kalo pesen es krimnya satu buat berdua? ya tetep, dapet airnya cuma segelas aja :p *berdasar riset loh*. Harganya berkisar antara 12.000-27.000 IDR. Untuk yang masih bermental mahasiswa kaya saya, akan jauh lebih untung kalo pesen yang 27.000 sekalian (dapet banana split atau sphagetti ice cream yang porsinya gede) dibanding es krim satu scoop seharga 12.000 :D. Ini pilihan-pilihan menunya:

1. Sphagetti Ice Cream


Menu Unggulannya Ragusa nih. Mana ada toko es krim lain yang jual :D. Ini adalah es krim vanilla yang dibentuk kaya sphagetti. Disiram sauscokelat, kacang, dan sukade, asli yummy dan mengenyangkan. Sphagetti Ice Cream ini dibanderol seharga 27k.







2. Banana Split


Hmm..banana split yaa banana split. what else? haha. Tiga scoop es krim aneka rasa (biasanya strawberry-vanilla-chocolate, tapi pernah saya dapet kombinasi strawberry-nougat-chocolate..mungkin karena vanillanya udah abis yaa), diapit dua slice pisang, disiram saus cokelat, kacang, dan sukade..Jangan ditanya, tingkat kepuasan konsumen maksimal disini. It's my favourite menu :9. Ohya, harganya juga 27k.





3. Cassata Siciliana



Emm..jadi..ini..adalah.. *bingung sendiri* Gabungan dari es krim cokelat, vanilla, strawberry, nougat, terus ada semacam kue apa bolu gitu disitu (bisa diintip, warnanya ijo). Belom pernah pesen yang ini sih, tapi banyak pelanggan yang recommend ini juga. Harganya 23k. Selain itu, ada juga Tutti Fruti, mirip cassata tapi ga ada bolunya. harga sama :D




4. Special mix

Izinkan saya minta maaf kenapa gambar es krimnya pas lagi meleleh..karena ini juga saya comot di mbah google :p. Yak, ini adalah empat scoop rasa dasar eskrim ragusa: vanilla, cokelat, nougat, dan strawberry. Harganya 18k. Sungguh jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan harga satuan scoopnya yaitu 12k.



Ada juga rum raisin, tapi berhubung saya ga pernah nyicip, jadi ga bisa saya ceritain deh..Silakan coba aja sendiri ya, hehe. Sedang untuk minuman, saya ngga nyaranin pesen aqua botol karena selain dengan 4k itu yang kita dapatkan bukan merk Aqua, kita juga udah dapet air minum dingin gratisan (kalo ga pesen minum). Yang saya paling rekomendasikan adalah es kelapa muda. Serutan kelapanya yang soft..terus ada sirupnya juga (kaya campolay kali ya, saya agak lupa). Enak deh...

Es krim ini emang cenderung lebih cepat mencair karena bahan pembuatannya yang alami (juga berkualitas tinggi). Rasanya, kebanyakan temen saya bilang standar. Rata-rata rasanya lembut dan ngga terlalu manis. Tapi btw, setiap kali saya dateng kesana, semakin saya ketagihan sama es krim vanillanya :9. Yuk coba mampir, ga afdol kalo ngaku suka es krim tapi belom pernah kesini ;).

pertama berkunjung..masi pesen sendiri-sendiri

lama-lama pesen satu buat berdua :D


Minggu, 10 Juni 2012

[Jalan-Jalan] Jakarta: Monas!


Euhm, udah berapa lama ini blog terbengkalai..mohon maaafff *bow

Udah lama saya pengen sharing gimana caranya refreshing di Jakarta yang ngga ngabisin duit, kan cocok tuh buat yang masih mahasiswa ataupun pegawai dengan status tergantung (belom tmt buuu...). Kalo udah mapanan dikit boleh lah yaa maen-maen ke luar pulau atau luar negeri. Sementara kalo masih bokek sih sepatutnya kita memuaskan diri dengan budget yang ada :D.

Hemm kalo soal ngebolang, temen saya Titan tentunya lebih berpengalaman..kayanya setiap kali kemana gitu, pasti karena dia yang ngajak. Tapi toh ngga ada ruginya kalo saya cerita-cerita hasil berguru sama temen saya yang satu itu :)). Ada  beberapa pilihan wisata lokal yang terkenal, di antaranya Kota Tua, Ragunan, dan Monas. Sebagai pembuka, mari kita telusuri wilayah Monas :))

Monas atau Monumen Nasional, adalah monumen peringatan yang didirikan untuk memperingati perjuangan rakyat Indonesia menghadapi Hindia Belanda.
Di halamannya yang luas itu, biasanya ada banyak penjual keliling atau sekedar membuka lapak disana. Mulai dari minuman, harumanis, balon gelembung, atau souvenir-souvenir berlambang Monas. Yang asyik nih, disana ada beberapa lapak penyewaan sepeda gandeng. Dengan Rp 20.000,00 teman-teman bisa menyewa sepeda gandeng dua untuk setengah jam. Untuk menyewa sepeda gandeng tiga, tinggal ditambah Rp 5.000,00 saja :D. Lumayan, bisa dua kali putaran Monas sambil santai-santai..

Di bagian dalamnya sendiri terdapat dua bagian: pelataran atas (tepat di bawah lidah api) dan pelataran atas (bagian cawan). Untuk mencapai loket tiket,kita harus menyusuri lorong bawah tanah terlebih dahulu. Pinter ya, jadi kalaupun disana lagi rame, pengunjung ngga harus kepanasan saat mengantri :D. Tiket dewasanya sekira dua/tiga ribu rupiah, sedang tiket anak-anak seribu rupiah saja, itu untuk sampai cawan. Untuk menuju puncak, kita harus membayar beberapa ribu rupiah lagi. Sayang, waktu itu kami datang jam tiga sore, padahal antrian untuk menuju puncak ditutup pukul dua siang. Jadilah kami harus berpuas diri menjelajah sampai cawannya saja.

Kita dapat menelusuri dua bagian dalam cawan. Di bagian bawah, yaitu Museum Sejarah Nasional, terdapat diorama-diorama yang berjejer di sepanjang dinding, mulai dari zaman purba hingga zaman pemerintahan orde baru. Sejarah RI lengkap! Kemudian setelah selesai mengelilingi dan menelaah habis diorama-diorama tersebut, kita dapat mengunjungi Ruang Kemerdekaan. Di sekeliling dindingnya terdapat masing-masing elemen kemerdekaan: Peta wilayah Indonesia, lambang Garuda Pancasila, Gerbang Kemerdekaan (yang di dalamnya disimpan naskah asli Proklamasi). Seharusnya ada juga bendera suci, yaitu bendera yang dikibarkan saat Proklamasi. Namun sayang, kondisinya yang sudah semakin tua dan rapuh menghalanginya untuk dipamerkan pada pengunjung.

Kalau nanti teman-teman sempat mengunjungi pelataran atas, dari sana teman-teman akan dapat melihat pemandangan seluruh kota Jakarta (jauh lebih luas jarak pandangnya dibandingkan hanya melihat dari puncak cawan). Selebihnya, tidak ada yang bisa dilakukan lagi di atas sana :p

Pemandangan Monas dari Atas (wikipedia)


Saat malam hari, bagian lidah api akan menyala terang. Pemandangan monas juga menjadi lebih indah. Karena itu, kalau mau foto-foto di Monas, lebih baik saat malam hari saja. Meski museumnya tutup, pemandangan disana membuat kita tak merasa rugi menyempatkan diri untuk mampir disana. So, enjoy!!

Pemandangan dari atas cawan (anis nampang di blogku, bayar!!)

sewa sepedaa :D

kalo malem, monas terang benderang :D

ada relief timbul juga di bagian depan pelataran bawah Monas


girl's stuff

bagja kana Sunda

Taujih

 

Titik Senyap Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by Buy Engagement Rings | Infidelity in Marriage by Blogger Templates