Judul Buku: Cashflow for Woman
Pengarang: Ahmad Gozali (Perencana Keuangan Safir Senduk & Rekan)
Penerbit: PT Mizan Publika
Tahun terbit: 2005
Buku ini saya dapatkan pada saat ada acara PesBuk (Pesta Buku) sekitar dua tahun lalu (dan baru saya baca kemarin, heu). Buku ini semacam guide untuk kaum hawa dalam mengelola keuangan. Buku ini menyadarkan saya, ternyata saya agak parah soal--ehm, mengelola keuangan. =,=
Buku ini menyertakan argumen-argumen logis, meski sayang ada beberapa argumen penulis yang tidak didukung dengan riset. Juga membuat saya kaget dengan kebiasaan ibu-ibu pada umumnya yang bisa merugikan, seperti kecenderungan berburu barang diskon meski tidak diperlukan dan kecenderungan untuk mengambil kredit padahal jika membayar tunai dapat menghemat pengeluaran hingga setengahnya. Hm, perlu saya waspadai dari sekarang nih.
Tapi isi buku ini sungguh menyadarkan dan memotivasi saya untuk mempraktikkan arahan penulis dalam mengelola keuangan mulai dari sekarang, terutama soal menabung dan perencanaan keuangan ^o^. Berikut yang dapat saya resume dari buku ini.
***
1. Bahwa nyatanya, kebutuhan wanita untuk menabung/ berinvestasi itu lebih besar dibanding lelaki.
Dengan posisi lelaki sebagai penanggung jawab atas keluarganya, pada umumnya wanita beranggapan untuk tidak perlu pusing-pusing memikirkan nafkah. Bahkan ada orang yang berpandangan bahwa tugas lelaki adalah untuk mendapatkan nafkah, dan wanitanya kedapatan mengelola pos pengeluaran alias menghabiskannya.
Namun kenyataannya, jika mau memandang ke depan, tidak selamanya keadaan akan seperti demikian. Ketika faktor ajal atau faktor lain membawa pergi sang pemimpin keluarga, lalu apa yang akan dilakukan wanita? Tak sedikit kasus wanita dan anak-anaknya luntang-lantung selepas ditinggal pergi suaminya. Sedang menurut survey, wanita memang lebih rentan terhadap penyakit sehingga angka harapan hidupnya lebih panjang.
Lalu jika kita melihat fenomena di Indonesia saat ini, tidak jarang sang wanitalah yang menanggung beban hidup keluarganya, sedang suaminya menjadi pengangguran. Padahal gaji wanita lebih kecil dibanding pria, masa kerja wanita lebih pendek dibanding pria. Jika pria mendapat gaji, ia akan menerima tunjangan untuk istri dan anaknya, sedang jika wanita mendapat gaji, ia tidak mendapatkan tunjangan meski suaminya pengangguran dan ia memiliki anak. Dengan demikian, kebutuhan saving untuk keberlangsungan hidup tersebut lebih tinggi dibandingkan lelaki. Lagipula, wanita tidak memiliki kewajiban untuk menafkahi suami dan anak-anaknya ketika masih ada suami. Hal ini akan memudahkan wanita untuk melakukan saving/ investasi
2. Bahwa nyatanya, anggapan tabungan sebagai sisa pengeluaran di akhir seringkali menggagalkan kegiatan menabung itu sendiri. Ubah paradigma kita. Persepsikan bahwa menabung adalah pengeluaran rutin dan prioritas di awal. Menabunglah sebelum digunakan untuk kepentingan yang lain. Karena saat uang sudah berada di tangan, tak peduli berapa banyaknya pasti akan terasa pas-pasan juga.
3. Banyak sarana untuk latihan menabung, salahsatunya arisan. Bijaklah dalam memilih arisan, pastikan kita mengikuti arisan yang sehat :).
4. Menabung atau investasi? Ada baiknya melakukan keduanya. Untuk yang belajar ekonomi, tentunya udah ngerti kan? Bahkan bisa menentukan titik kombinasi yang pas berapa bagian untuk ditabung dan berapa bagian untuk diinvestasikan. (kalo saya sih lupa hehehe)
5. Waspada dalam menggunakan alternatif metode pengeluaran. Pergunakan diskon untuk barang-barang yang benar dibutuhkan; jangan kalap. Jangan pula terjebak dengan kredit; meski terlihat murah namun nyatanya dengan adanya margin harga, bisa saja jumlah yang harus dibayar untuk barang yang sama dapat menjadi dua kali lipatnya.
6. Untuk para ibu (dan juga ayah), mengajarkan kecerdasan finansial kepada anak sangatlah penting untuk diberikan semenjak dini.
0 komentar:
Posting Komentar