Diskon selalu mempunyai daya terik tersendiri bagi yang hobi belanja. Dengan diskon, kita bisa lebih hemat dalam berbelanja karena kita bisa mendapatkan barang yang kita perlukan dengan biaya yang lebih sedikit. Namun jika tidak bijak dalam menyikapinya, alih-alih berhemat, yang terjadi malah pemborosan. Loh kok, bisa?
Bisa dong, karena kebanyakan perempuan secara ngga sadar berbelanja untuk menyalurkan hasrat belanjanya ketimbang berbelanja karena memang butuh barang tersebut. Begitu ngeliat tawaran diskon, dorongan buat belanja langsung meroket. Belanja ini-itu, asal murah. Bahkan to do list belanja bisa terlupakan begitu aja. Pada akhirnya, jatuhnya pengeluaran malah lebih banyak karena banyaknya barang yang dibeli.
Jadi, ada baiknya membedakan seperti apa yang gila diskon dan mana yang termasuk smart shopper. Siapa tahu kita menyembunyikan naluri gila diskon kita di balik topeng smart shopping. Kalau begitu jadinya, kan susah untuk mengelola keuangan?
Tentang Smart Shopping
Ada dua prinsip dalam smart shopping:
1. Hanya membeli sesuatu yang dibutuhkan.
Sederhana ya? Tapi bisa jadi praktiknya sulit kalau kita masih bias dalam memandang mana barang yang kita butuhkan atau hanya sekedar ingin. Kalau keinginan sudah dianggap sebagai kebutuhan juga, maka kita menjadi merasa perlu untuk banyak berbelanja.
Untuk membedakannya, Ahmad Ghozali, pengarang buku ini membuat batasan sebagai berikut:
Jika kebutuhan tidak kita penuhi, maka kehidupan kita menjadi kurang/ tidak sejahtera. Sedangkan keinginan adalah tambahan atas kebutuhan yang dapat membuat kita lebih puas.
2. Tidak mau membayar lebih.
Ya, tentu saja. Mengapa harus mau membayar lebih. Tetapi kenyataannya, seringkali kita membayar lebih untuk sesuatu yang kita butuhkan. Misalnya saja, kita bermaksud membeli dispenser. Di supermarket, kita melihat dispenser multi ganda (yang satu untuk memanaskan dan yang satunya lagi unutk mendinginkan) dan tertarik unutk membelinya karena perbedaan harganya hanya Rp 150.000,00 saja. Padahal kita sudah memiliki kulkas di rumah. Nah, disini kita melakukan pemborosan karena telah membeli fasilitas yang tidak kita butuhkan. Mungkin kelihatannya kita hanya mengeluarkan Rp 150.000,00 saja. Tidak sadar jika dispenser tersebut tentunya memakan energi listrik yang lebih besar pula dibandingkan dengan dispenser berfungsi tunggal sehingga kita membayar biaya listrik tidak dibutuhkan.
Menyikapi Diskon
Jangan menjadikan diskon sebagai aji mumpung, kata penulisnya. Mentang-mentang lagi diskon, belanja sebanyak-banyaknya. Diskon bukan barang langka kok. Ia bisa ditemukan dimanapun sepanjang tahun. Jadi jika merasa sayang melewatkan diskon begitu saja, jangan lupa bahwa nantinya pun akan ada diskon lagi.
Tentunya bersikap kritis atas diskon bukan berarti tidak memanfaatkan diskon. Hal yang penting dihindari adalah menjadikan diskon sebagai alasan berbelanja, sebab satu-satunya alasan yang benar untuk memutuskan berbelanja adalah kebutuhan. Kalau dapat diskon ya Alhamdulillah. Kalaupun tidak sedang diskon, ya nggak masalah, kita toh perlu barang itu." (Tabloid Fikri sebagaimana dikutip oleh Ahmad Ghozali)
Trik-Trik Diskon
Bagian ini membuat saya tertarik, karena memang seringkali menjebak persepsi pembelinya :). Diskon seperti apa sajakah? Mari kita lihat.
1. Double Discount
Berbicara mengenai double discount, saya pun pernah mengalami kejadian serupa dengan penulisnya. Waktu saya sedang bepergian dengan ibu saya, kami melihat spanduk di halaman FO: Double Discount!! 70% + 20%
Ibu saya nyeletuk: "Wah ty, murah pisan atuh nya, diskonnya 90%.."
Benarkah seperti itu?
Ternyata tidak sodara..jangan protes kalo tokonya ternyata tidak mengenakan diskon 90% karena mekanisme perhitungannya seperti ini:
Diskon 1 (dari harga asli 100%) 100% x 70% = 70%
Diskon 2 (dari harga setelah diskon 70%) 30% x 20% = 6 %
Total diskon = 76%
2. Diskon Besyarat
Beli Produk seharga total 50.000,00 dapatkan gula 1/2 kg seharga 1.000
Pernah melihat info seperti itu di supermarket? Jika harga asli gula 1/2 kg adalah 2000, tentunya kita merasa beruntung bisa membeli gula dengan diskon 50%. Luput dari kita bahwa kenyataannya adalah sebagai berikut:
Total harga jika tidak mendapat diskon :52.000
Total harga jika mendapatkan diskon: 51.000
Penghematan: 1.000= 1,92 %
Nah, dikit kan?
Diskon memang dapat menjadi peluang yang baik dalam mengelola keuangan. Hanya saja perlu diingat bahwa jangan sampai lupa diri dan tujuan semula saat memanfaatkan diskon tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar