*Konsentrasi penuh*
hehe ini bukan lagunya Beyonce ko. Ini tentang yang saya pelajari pas KSPK tadi.
KSPK? Apa itu? KSPK itu singkatan dari Kapita Selekta Pengembangan Kepribadian, mata kuliah yang paling asik semester terakhir ini. Bayangkan kalo KSPK ngga ada, saban minggu kita cuma kuliah Audit Sektor Publik ama Komputer Audit/Aplikasi Komputer Akuntansi Keuangan. The last semester would be too flat.
Terus tadi diajarin apa yaa? Tadi itu kita ngomongin tentang KEPRIBADIAN. ko? Iya jangan kaget orang laen udah ke seberang laut kita masih di pantai, baru pertemuan dua soalnya bapaknya sibuk kemana-mana. Terus ditambah saya ga masuk pas pertemuan pertama, jadilah ini sesi pertama saya sama si bapak. Terus dengan pedenya saya menyimpulkan kalo KSPK itu asik, hehehe. Tapi emang asik ko Bapaknya.
euhm. back to topic
Bapak ini, sebut saja namanya Pak Ossi--nama sebenarnya. Beliau memulai sesi Kepribadian yang dikaitkan dengan leadership ini dengan konsep pengenalan kepribadian yang belom pernah saya dengar sebelumnya. Konsep ini dikenalkan oleh Pak Ossi sebagai konsep "I and Me". Beliau mengajak kami mengenal konsep ini lebih dalam dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
"Seorang I adalah seseorang yang cenderung mengedepankan egonya. Aku mau ini. Aku, Aku, Aku. Cenderung melakukan apa yang ia inginkan dibandingkan memperhatikan pertimbangan dari pihak lain.
sedangkan seorang Me cenderung mengikuti nilai-nilai sosial yang berlaku. Ketika dibantu ia mengucapkan 'terima kasih', ketika butuh bantuan ia akan berkata 'Tolong.'
Termasuk cenderung yang manakah kalian? I, atau Me? Tentukan, karena disini tidak dikenal jawaban 'tidak tahu'. Pilih salah satu." Demikian tanya Pak Ossi.
Gitu deh. Setelah Bapaknya nanya dan kita ngacung, kita ditanya apa alasan kita milih itu. Lalu kitangedengerin satu per satu argumen temen-temen kita, dan demikian konsep itu kami pelajari dengan sendirinya. Lalu Pak Ossi cerita-cerita dan nerangin. Ajaibnya, makin kita mendalami, kita bisa aja ngerasa bimbang. Dan orang yang setipe pun, belum tentu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama.
Pertanyaan selanjutnya adalah,
"Untuk tipe I, apa kamu nyaman saat menjalani sesuatu yang kamu inginkan? Meski kurang sesuai dengan keinginan dan kesenangan orang lain? Kenapa?"
"Untu tipe Me, apa kamu nyaman dengan keadaan yang demikian? Terus- menerus mematuhi norma dan memenuhi harapan orang-orang?"
dan terungkap kalo emag orang I itu nyaman dengan pilihannya (exactly itu jawaban saya ama si pitong, hhe. kalo dicky aga aga bimbang gimana karena dia suka ngerasa ga enak sama orang lain. Tapi yaah selama yg kita lakuin ga ngerugiin orang dan ga ngelanggar aturan (ya dikit2 it's oke lah ya ;)) pan sah2 aja ya? gitu kata saya mah. Ego kita kan belum tentu selalu menentang norma, ya ga?)
teruuuus,,
"Menurut kalian, pemimpin yang baik itu yang seperti apa? Yang cenderung punya potensi lebih untuk jadi pemimpin sipa? Tipe I, atau tipe Me?"
Saya jawab I: Karena seorang pemimpin I cenderung punya kemampuan untuk mengambil keputusan. Apalagi kalo yg dipimpinnya itu pasif atau terlalu heterogen. Jadi, pemimpin I lebih berpotensi buat jadi pemimpin.
Kata Pitong juga I: karena seorang pemimpin itu harus tegas dan harus punyakemampuan untuk memutuskan sesuatu meski ternyata ngga menampung aspirasi semua suara.
Marshall yang ngaku I milih jawab Me: Karena liat aja contohnya di Indonesia, pemimpin kita orang D*R kayanya tipe I semua, ga bisa nampung aspirasi rakyat.
Edwin yang tipe Me jawab Me: karena pemimpin tipe Me itu cenderung dapat untuk mengakomodasikan apa yang diinginkan oleh rakyatnya.
"Kalo kalian para I, pengennya dipimpin sama tipe yang cenderung I, atau Me?"
saya: pengennya Me deh, biar bisa nego sesuai keinginan kita, win-win solution jadiya, kalo kerja ga keteken :9
"Kalo kalian para Me, pengennya dipimpin sama tipe yang cenderung I, atau Me?"
jawab: lebi banyak tipe Me yang pengen dipimpin ama tipe I, kebanyakan wanita. Yah aku dan mungkin teman-teman lain juga maklum :9.
Kata Ipin: saya cenderung pengen dipimpin sama tipe I karena saya kalo di posisi pemimpin suka sulit memutuskan, jadi lama ngambil keputusannya. Jadi saya cenderung memilih pemimpin tipe I.
"Kalo kalian punya bawahan, lebih pengen punya bawahan kaya Me, yang manut-manut gitu, atau I, dengan segala keruwetannya?"
Kayanya kompakan milih Me deh. hehe
pendapat pribadi: Kalo punya staff Me itu mereka bisa jadi advisor yang baik. Soalnya tipe I kaya saya udah punya banyak maunya. banyak mimpinya. banyak targetnya. Mending si bawahan I sejalan. lah kalo ngga ntar proyek ga ada yang jadi doong... :3
"Hm oke. Kita belok dikit ya, coba liat keadaan di negeri kita sendiri. Jamannya Pak Harto, selain Pak Harto sendiri yang tipenya I, pimpinan2 di bawahnya kan tipe Me semua ya. Kalo di zaman pasca reformasi, menurut kalian, tipe pemimpin seperti apa yang memimpin lembaga-lembaga, perusahaan-perusahaan, dll?"
Saya bingung jawabnya, abis tipe I banyak tipe Me juga banyak. Jadi yang mana aja juga ada pak...
tapi disuruh milih. Yaudah saya nebak tipe I.
dan ternyata benar. hore :D
dan berkisahlah Pak Ossi...
" Kalo diliat2, emang ngga ada yang salah antara tipe I dan tipe Me. Ini bukan tentang konsep benar salah. (sekali lagi Pak Ossi nekenin) Kalo kita liat, memang tipe I itu kariernya lebih cepat menanjak dibanding dengan tipe Me. Karena dia itu egonya besar, maunya besar, determinasinya juga besar. Bukan berarti yang Me gak sukses, dia emang bisa sukses, tapi cenderung lambat. Kenapa? Kalau tipe Me, dia cenderung tidak terlihat. Karena dia itu mayoritas dan tidak menonjol. Coba lihat, tipe I itu lebih mudah terlihat karena selain jarang, mereka selalu memperlihatkan, 'ini loh warna saya'. Kalau tipe Me itu cenderung tidak terlihat warnanya, abu-abu karena warnanya dia tertutup oleh norma-norma sosial tadi."
terus, Pak Ossi memberikan perumpamaan yang menarik:
" Kalo diibaratkan mobil, I itu cenderung sering nge-gas dan tipe Me itu cenderung dominan ngerem. Tipe I akan lebih cepat sampai tujuan, namun kalau mobil digas terus-menerus, dia bisa hilang kendali (rem) hingga akhirnya celaka. Bisa jatoh dia ke jurang. Dan tipe I itu sekalinya jatoh bakal sakit. Sebaliknya tipe Me akan cenderung aman, tapi akan lamaa banget buat sampai tujuan."
"Jadi kita harus gimana? Sebenernya yang bagus adalah ketika kita bisa memainkan tipe I dan tipe Me di situasi yang tepat. Karena ngga akan ada orang yang murni I dan murni Me. Karena kalo hanya satu peran aja yang dimainkan sedang yang lain tidak, kalian bisa celaka."
"Contohnya teman saya. Dia itu orangnya tipe I. Tipe I, identik dengan High Achiever (high achiever: keinginan untuk selalu mendapatkan yang terbaik). Tapi dia lupa mainin peranMe, sehingga ketika dia jatuh, dia jatuh keras banget. Sampe akhirnya karena dia ga bisa nerima, hidupnya berakhir dengan minum baygon."
*kisah selengkapnya itu cuma kami yang tau.
" Kalo Me, tidak memainkan tipe I disaat dibutuhkan, misalnya ketika haknya dirampas atau ditindas, dia bakal stress karena terus-terusan memendam perasaannya. Kalo misalnya hak kamu dirampas, tinggalin Me kamu dan mainkan peran I kamu, dapetin lagi sesuatu yang emang kamu berhak untuk itu."
Selanjutnya bapak melanjukan dengan konsep lain...
Yaah itu deh manusia. Makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Kita ga bisa terus-terusan memenangkan ego kita sehingga akhirnya ego itu menjadi controller yang bisa bunuh kita sewaktu-waktu. Kita juga ga bisa jadi manusia role model trus-terusan karena sebagai manusia pun kita punya ego untuk dipenuhi. Ego versi saya, ga selalu buruk. Ga selalu menentang norma. Kan yang namanya ego itu keinginan diri, ya? jadi selama ego itu baik ya... kenapa ngga?
Perankan I dan Me kamu dengan baik, ciptakan keseimbangan di antara keduanya. Balance itu indah, fren :)
"
Hidup itu Digerakkan Oleh Greatness
5 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar