kalau aku, pasti akan membuka diri lewat tulisanku. Tapi tidak denganmu. Berlembar-lembar kubaca tulisanmu, bagiku kamu tetap misteri. Polamu abstrak. Terkaanku selalu diiringi ragu. Berlembar-lembar kubaca tulisanmu. Tak juga mengasah kemampuanmu untuk membaca kamu. Ya, Polamu abstrak. Kuyakin bukan kamu yang ambigu. Aku yang tak mampu.
karenanya, tolong bantulah aku sedikit saja. Tak peduli seberapa tajam kata-katamu. Itu suara hatimu. Jika tajam tentulah hatimu telah teriris terlebih dahulu. Maka aku tak akan peduli seberapa tajam kata-katamu. Aku tak peduli akan diksimu. Yang kutahu, aku ingin memahamimu. Meski dengan telinga terbuka aku tetap tak bisa mendengar suara hatimu sepenuhnya.
Hatiku agak tuli, ya aku tahu. Tapi aku ingin mengerti. Karena hasratku sebagai sahabatmu mengatakan aku ingin mengerti kamu. Aku ingin yang terbaik kumampu, kuberikan untukmu.
karenanya, tolong bantulah aku sedikit saja. Aku ingin mengerti kamu, maka senandungkanlah kisah hidupmu. Nyanyikanlah marahmu, pedihmu, lelahmu, senangmu, meski hanya semata agar hatimu tak lelah membendungnya sendiri.